18 Juli 2011

Pemeriksaan diagnostik sistem endokrin

Pemeriksaan diagnostik sistem endokrin

Pengkajian Diagnostik Sistem Endokrin
Pemeriksaan diagnostik merupakan hal penting dalam perawatan klien di rumah sakit. Tidak dapat dipisahkan dari rangkaian pengobatan dan perawatan. Validitas dari hasil pemeriksaan diagnostik sangat ditentukan oleh bahan pemeriksaan, persiapan klien, alat dan bahan yang digunakan serta pemeriksaannya sendiri. Dua hal pertama menjadi tugas dan tanggung jawab perawat. Oleh karena itu pemahaman perawat terhadap berbagai pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien sangatlah menentukan keberhasilannya. Begitu halnya pada klien yang diduga atau yang menderita gangguan sistem endokrin, pemahaman perawat yang lebih baik tentang berbagai prosedur diagnostik yang lazim sangatlah diharapkan.
Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar Hipofise
Foto tengkorak (kranium)
Dilakukan untuk melihat kondisi sella tursika. Dapat terjadi tumor atau juga atropi. Tidak dibutuhkan persiapan fisik secara khusus, namun pendidikan kesehatan tentang tujuan dan prosedur sangatlah penting.
Foto tulang (osteo)
Dilakukan untuk melihat kondisi tulang. Pada klien dengan gigantisme akan dijumpai ukuran tulang yang bertambah besar dari ukuran maupun panjangnya. Pada akromegali akan dijumpai tulang-tulang perifer yang bertambah ukurannya ke samping. Persiapan fisik secara khusus tidak ada, pendidikan kesehatan diperlukan.
CT scan otak
Dilakukan untuk melihat kemungkinan adanya tumor pada hipofise atau hipotalamus melalui komputerisasi. Tidak ada persiapan fisik secara khusus, namun diperlukan penjelasan agar klien dapat diam tidak bergerak selama prosedur.
Pemeriksaan darah dan urine
KADAR GROWTH HORMON
Nilai normal 10 p.g ml baik pada anak dan orang dewasa. Pada bayi dibulan-bulan pertama kelahiran nilai ini meningkat kadarnya. Spesimen adalah darah vena lebih kurang 5 cc. Persiapan khusus secara fisik tidak ada.
KADAR TIROID STIMULATING HORMON (TSH)
Nilai normal 6-10 1.1.g/ml. Dilakukan untuk menentukan apakah gangguan tiroid bersifat primer atau sekunder. Dibutuhkan darah lebih kurang 5 cc. Tanpa persiapan secara khusus.
KADAR ADRENOKARTIKO TROPIK (ACTH)
Pengukuran dilakukan dengan test supresi deksametason. Spesimen yang diperlukan adalah darah vena lebih kurang 5 cc dan urine 24 jam.
Persiapan
1. Tidak ada pembatasan makan dan minum
2. Bila klien menggunakan obat-obatan seperti kortisol atau antagonisnya dihentikan lebih dahulu 24 jam sebelumnya.
3. Bila obat-obatan harus diberikan, lampirkan jenis obat dan dosisnya pada lembaran pengiriman spesimen
4. Cegah stres fisik dan psikologis

Pelaksanaan

1. Klien diberi deksametason 4 x 0,5 ml/hari selama-lamanya dua hari
2. Besok paginya darah vena diambil sekitar 5 cc
3. Urine ditampung selama 24 jam
4. Kirim spesimen (darah dan urine) ke laboratorium.
Hasil Normal bila;
* ACTH menurun kadarnya dalam darah. Kortisol darah kurang dari 5 ml/dl
* 17-Hydroxi-Cortiko-Steroid (17-OHCS) dalam urine 24 jam kurang dari 2,5 mg.
Cara sederhana dapat juga dilakukan dengan pemberian deksametasaon 1 mg per oral tengah malam, baru darah vena diambil lebih kurang 5 cc pada pagi hari dan urine ditampung selama 5 jam. Spesimen dikirim ke laboratorium. Nilai normal bila kadar kortisol darah kurang atau sama dengan 3 mg/dl dan eksresi 17 OHCS dalam urine 24 jam kurang dari 2,5 mg.
Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar Tiroid
Up take Radioaktif (RAI)
Tujuan Pemeriksaan adalah untuk mengukur kemampuan kelenjar tiroid dalam menangkap iodida
Persiapan
* Klien puasa 6-8 jam
* Jelaskan tujuan danm prosedur
Pelaksanaan
* Klien diberi Radioaktoif Jodium (I131) per oral sebanyak 50 microcuri.
Dengan alat pengukur yang ditaruh diatas kelenjar tiroid diukur radio
aktif yang tertahan.
* Juga dapat diukur clearence I131 melalui ginjal dengan mengumpulkan urine selama 24 jam dan diukur kadar radioaktiof jodiumnya.
Banyaknya I131 yang ditahan oleh kelenjar tiroid dihitung dalam persentase sebagai berikut:
* Normal: 10-35%
* Kurang dari: 10% disebut menurun, dapat terjadi pada hipotiriodisme.
* Lebih dari: 35% disebut meninggi, dapat terjadi pada tirotoxikosis atau pada defisiensi jodium yang sudah lama dan pada pengobatan lama hipertiroidisme.
T3 dan T4 Serum
Persiapan fisik secara khusus tidak ada. Spesimen yang dibutuhkan adalah darah vena sebanyak 5-10 cc.
* Nilai normal pada orang dewasa: Jodium bebas: 0,1-0,6 mg/dl T3: 0,2-0,3 mg/dl
Ta: 6-12 mg/dl
* Nilai normal pada bayi/anak: T3: 180-240 mg/dl
Up take T3 Resin
Bertujuan untuk mengukur jumlah hormon tiroid (T3) atau tiroid binding globulin (TBG) tak jenuh. Bila TBG naik berarti hormon tiroid bebas meningkat. Peningkatan TBG terjadi pada hipertiroidisme dan menurun pada hipotiroidisme. Dibutuhkan spesimen darah vena sebanyak 5 cc. Klien puasa selama 6 – 8 jam.
* Nilai normal pada:
Dewasa: 25-35% uptake oleh resin Anak: Pada umumnya tidak ada
Protein Bound Iodine (PBI)
Bertujuan mengukur jodium yang terikat dengan protein plasma. Nilai normal 4-8 mg% dalam 100 ml darah. Specimen yang dibutuhkan darah vena sebanyak 5-10 cc. Klien dipuasakan sebelum pemeriksaan 6-8 jam.
Laju Metabolisme Basal (BMR)
Bertujuan untuk mengukur secara tidak langsung jumlah oksigen yang dibutuhkan tubuh di bawah kondisi basal selama beberapa waktu.
Persiapan
* Klien puasa sekitar 12 jam
* Hindari kondisi yang menimbulkan kecemasan dan stres
* Klien harus tidur paling tidak 8 jam
* Tidak mengkonsumsi obat-obat analgesik dan sedatif
* Jelaskan pada klien tujuan pemeriksaan dan prosedurnya
* Tidak boleh bangun dari tempat tidur sampai pemeriksaan dilakukan.
Pelaksanaan
* Segera setelah bangun, dilakukan pengukuran tekanan darah dan nadi
* Dihitung dengan rumus: BMR (0,75 x pulse) + (0,74 x Tek Nadi)- 72
* Nilai normal BMR: -10 s/d 15%.
Pertimbangkan faktor umur, jenis kelamin dan ukuran tubuh dengan kebutuhan oksigen jaringan. Pada klien yang sangat cemas, dapat diberikan fenobarbital yang pengukurannya disebut Sommolent Metabolisme Rate. Nilai normalnya 8-13% lebih rendah dari BMR.
Scanning Tyroid
Dapat digunakan beberapa teknik antara lain:
Radio Iodine Scanning. Digunakan untuk menentukan apakah nodul tiroid tunggal atau majemuk dan apakah panas atau dingin (berfungsi atau tidak berfungsi). Nodul panas menyebabkan hipersekresi jarang bersifat ganas. Sedangkan nodul dingin (20%) adalah ganas.
Up take Iodine. Digunakan untuk menentukan pengambilan jodium dari plasma. Nilai normal 10 s/d 30% dalam 24 jam.

Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar paratiroid

Percobaan Sulkowitch
Dilakukan untuk memeriksa perubahan jumlah kalsium dalam urine, sehingga dapat diketahui aktivitas kelenjar paratiroid. Percobaan dilakukan dengan menggunakan Reagens Sulkowitch. Bila pada percobaan tidak terdapat endapan maka kadar kalsium plasma diperkirakan antara 5 mg/dl. Endapan sedikit one white cloud) menunjukkan kadar kalsium darah normal (6 ml/d1). Bila endapan banyak, kadar kalsium tingg:.
Persiapan
* Urine 24 jam ditampung
* Makanan rendah kalsium 2 hari herturut-turut
Pelaksanaan
* Masukkan urine 3 ml ke dalam tabung (2 tabung)
* Kedalam tabung pertama dimasukkan reagens sulkowitch 3 ml, tabung kedua hanya sebagai kontrol
Pembacaan hasil secara kwantitatif:
Negatif (-): Tidak terjadi kekeruhan
Positif (+): Terjadi kekeruhan yang halus
Positif (+ +): Kekeruhan sedang
Positif (+ + +): Kekeruhan banyak timbul dalam waktu kurang dari 20 detik
Positif (+ + + +): Kekeruhan hebat, terjadi seketika
Percobaan Ellwort-Howard
Percobaan didasarkan pada diuresis pospor yang dipengaruhi oleh parathormon.
Cara Pemeriksaan
Klien disuntik dengan paratharmon melalui intravena kemudian urine di-tampung dan diukur kadar pospornya. Pada hipoparatiroid, diuresis pospor bisa mencapai 5-6 x nilai normal.
Pada hiperparatiroid, diuresis pospornya tidak banyak berubah.
Percobaan Kalsium intravena
Percobaan ini didasarkan pada anggapan bahwa bertambahnya kadar serum kalsium akan menekan pembentukan paratharmon. Normal bila pospor serum meningkat dan pospor diuresis berkurang. Pada hiperparatiroid, pospor serum dan pospor diuresis tidak banyak berubah. Pada hipoparatiroid, pospor serum hampir tidak mengalami perubahan tetapi pospor diuresis meningkat.
Pemeriksaan radiologi
Persiapan khusus tidak ada. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya kalsifikasi tulang, penipisan dan osteoporosis. Pada hipotiroid, dapat dijumpai kalsifikasi bilateral pada dasar tengkorak. Densitas tulang bisa normal atau meningkat. Pada hipertiroid, tulang meni-pis, terbentuk kista dalam tulang serta tuberculae pada tulang.
Pemeriksaan Elektrocardiogram (ECG).
Persiapan khusus tidak ada. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi kelainan gambaran EKG akibat perubahan kadar kalsium serum terhadap otot jantung. Pada hiperparatiroid, akan dijumpai gelombang Q-T yang memanjang sedangkan pada hiperparatiroid interval Q-T mungkin normal.
Pemeriksaan Elektromiogram (EMG)
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi perubahan kontraksi otot akibat perubahan kadar kalsium serum.
Persiapan khusus tidak ada.
Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar Pankreas
Pemeriksaan Glukosa
Jenis pemeriksaannya adalah gula darah puasa. Bertujuan untuk menilai kadar gula darah setelah puasa selama 8-10 jam
Nilai normal:
Dewasa: 70-110 md/d1 Bayi: 50-80 mg/d
Anak-anak: 60-100 mg/dl
Persiapan
* Klien dipuasakan sebelum pemeriksaan dilakukan
* Jelaskan tujuan prosedur pemeriksaan
Pelaksanaan
* Spesimen adalah darah vena lebih kurang 5 s/d 10 cc
* Gunakan anti koagulasi bila pemeriksaan tidak dapat dilakukan segera
* Bila klien mendapat pengobatan insulin atau oral hipoglikemik untuk sementara tidak diberikan
* Setelah pengambilan darah, klien diberi makan dan minum serta obatobatan sesuai program.
Gula darah 2 jam setelah makan. Sering disingkat dengan gula darah 2 jam PP (post prandial). Bertujuan untuk menilai kadar gula darah dua jam setelah makan. Dapat dilakukan secara bersamaan dengan pemeriksaan gula darah puasa artinya setelah pengambilan gula darah puasa, kemudian klien disuruh makan menghabiskan porsi yang biasa lalu setelah dua jam kemudian dilakukan pengukuran kadar gula darahnya. Atau bisa juga dilakukan secara terpisah tergantung pada kondisi klien.
Prinsip persiapan dan pelaksanaan sama saja namun perlu diingat waktu yang tepat untuk pengambilan spesimen karena hal ini dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan. Bagi klien yang mendapat obat-obatan sementara dihentikan sampai pengambilan spesimen dilakukan.
Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar Adrenal
Pemeriksaan Hemokonsentrasi darah
Nilai normal pada:
Dewasa wanita: 37-47% Pria: 45-54%
Anak-anak: 31-43%
Bayi: 30-40%
Neonatal: 44-62%
Tidak ada persiapan secara khusus. Spesimen darah dapat diperoleh dari perifer seperti ujung jari atau melalui pungsi intravena. Bubuhi antikoagulan ke dalam darah untuk mencegah pembekuan.
Pemeriksaan Elektrolit Serum (Na, K , CI), dengan nilai normal:
Natrium: 310-335 mg (13,6-14 meq/liter) Kalium: 14-20 mg% (3,5-5,0 meq/liter) Chlorida: 350-375 mg% (100-106 meq/liter)
Pada hipofungsi adrenal akan terjadi hipernatremi dan hipokalemi, dan sebaliknya terjadi pada hiperfungsi adrenal yaitu hiponatremia dan hiperkalemia. Tidak diperlukan persiapan fisik secara khusus.
Percobaan Vanil Mandelic Acid (VMA)
Bertujuan untuk mengukur katekolamin dalam urine. Dibutuhkan urine 24 jam. Nilai normal 1-5 mg. Tidak ada persiapan khusus.
Stimulasi Test
Dimaksudkan untuk mengevaluasi dan menedeteksi hipofungsi adrenal. Dapat dilakukan terhadap kortisol dengan pemberian ACTH. Stimulasi terhadap aldosteron dengan pemberian sodium.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar